Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Umumnya, konsumsi dalam model ekonomi Islam tidak berbeda terlalu banyak dari model neo-klasik yang banyak digunakan. Dalam model ekonomi Islam, model konsumsi biasanya hanya menambahkan beberapa variabel Islam ke persamaan. Dalam artikel ini kita hanya akan membahas model yang relatif lama tetapi cukup banyak memberikan gambaran yang baik bagaimana kerangka kerja Islam dapat diresapi dalam model ekonomi.
C = C0+ MPC(Yd)
Model konsumsi makro umum dalam neo-klasik berpendapat bahwa konsumsi terdiri dari konsumsi otonom (C0) yang merupakan tingkat konsumsi yang perlu dipenuhi meskipun memiliki pendapatan nol (biasanya adalah kebutuhan pokok untuk hidup) dan proporsi pendapatan disposabel (sisa pendapatan setelah membayar semua pembayaran wajib) yang masuk ke konsumsi yang proporsinya biasanya disebut kecenderungan marjinal untuk mengkonsumsi (MPC).
C = C0+ MPC(Y -T) ; T= taxes
Pendapatan disposabel umumnya adalah pendapatan setelah membayar pajak (Y-T). Namun dalam perspektif Islam, seorang Muslim juga memiliki pembayaran wajib lainnya yaitu Zakat. Oleh karena itu persamaannya akan menjadi
C = C0+ MPC(Y -T – Z) ; Z = Zakat
Pembayaran zakat dan pajak dapat proporsional terhadap pendapatan sehingga persamaannya akan
C = C0+ MPC(Y -T.Y – Z.Y)
Sekilas zakat justru menurunkan pendapatan disposabel yang akan menurunkan konsumsi. Namun dalam model konsumsi agregat ini, kita mengabaikan kemana zakat itu akan pergi, dan tidak semua orang harus membayar zakat. Jika kita terus menggunakan model ini kita akan salah berasumsi bahwa zakat akan menurunkan konsumsi agregat, mungkin benar untuk pajak karena pajak akan pergi ke pemerintah tetapi untuk zakat itu pergi ke masyarakat lagi, yang harus muncul dalam konsumsi. Oleh karena itu kita dapat membagi model agregat kita menjadi 2 kelompok orang, orang yang membayar zakat (umumnya orang kaya) dan orang yang menerima zakat (umumnya orang miskin).
Cr = C0r+ MPCr(Yr -T.Yr – Z.Yr) ; r mengindikasikan variabel untuk orang kaya
Cp = C0p+ MPCp(Yp -T.Yp + Z.Yr) ; p mengindikasikan variabel untuk orang miskin
Perhatikan di sini bahwa untuk konsumsi orang miskin, mereka mendapat tambahan pendapatan sebesar Z.Yr yang merupakan zakat yang dibayarkan orang kaya. Asumsi lain yang penting disini adalah orang miskin cenderung membelanjakan lebih banyak secara proporsional dari pendapatan mereka daripada orang kaya. Hal ini karena orang miskin memiliki banyak kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, jadi umumnya MPCp > MPCr. Sekarang mari kita bawa model ini ke satu konsumsi agregat lagi
C = Cr + Cp ; Ci = consumption in Islamic economics model
Ci = C0r+ MPCr(Yr -T.Yr – Z.Yr) + C0p+ MPCp(Yp -T.Yp + Z.Yr)
Karena C0 = C0r + C0p dan MPC.Y = MPCr.Yr +MPCp.Yp maka
Ci = C0 + MPC(Y-T) + (MPCp-MPCr)Z.Yr
model konsumsi neoklasik adalah C = C0 + MPC(Y-T) thus
Ci = C + (MPCp-MPCr)Z.Yr ; MPCp > MPCr
Dari model konsumsi agregat yang ditambahkan zakat ini, konsumsi agregat bertambah sebesar (MPCp-MPCr)Z.Yr dibandingkan model neoklasik. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa dengan masuknya zakat ke dalam perekonomian, konsumsi secara keseluruhan akan meningkat.